Suku Jawa – Akidah, Asal, Bahasa, Karakter, Seni & Kebudayaan
Etnis dengan jumlah populasi terbanyak di nusantara adalah Suku Jawa. Kelompok penduduk ini utamanya tersebar mencakup Jawa Tengah, Daerah spesial Yogyakarta, Jawa Timur, Kabupaten Indramayu di Jawa Barat, Serang dan Cilegon di Banten. Bahkan sebaran suku ini hampir dapat kita temui di seluruh Indonsia.
Selain di Indonesia, Suku Jawa juga tersebar hingga mancanegara, mirip Suriname, Kaledonia Baru, Oseania, dan Amerika Selatan. Suku Jawa yang berada di negara-negara tersebut berasal dari orang-orang yang dibawa oleh pemerintah kolonial Belanda untuk dijadikan pekerja di kawasan koloni.
Suku Jawa di Suriname merupakan salah satu suku dominan, etnis ini disebut sebagai Jawa Suriname. Selain itu, Suku Jawa juga tersebar di aneka macam negara lain mirip Malaysia, Singapura, Belanda, dan Arab Saudi. Umumnya orang-orang Jawa di negara tersebut yakni tenaga kerja asing.
Kepercayaan Suku Jawa
Suku Jawa mengalami sejarah panjang sama seperti suku-suku lain di tanah air. Di masa kejayaan agama Hindu dan Buddha, dominan orang Jawa menganut kedua agama tersebut. Salah satu kerajaan Hindu terbesar dan terkuat yang pernah ada di nusantara dan berasal dari Jawa yakni Kerajaan Majapahit.
Ada pula Candi Borobudur, yaitu bangunan bersejarah peninggalan dari periode kejayaan Buddha yang menjadi ikon Indonesia dan bahkan menjadi salah satu keajaiban dunia yang hingga dikala ini kita banggakan.
Pada era keemasan tersebut orang-orang Jawa belum membentuk satu kesatuan yang utuh, melainkan mereka mengidentifikasikan diri sebagai rakyat di mana sebuah kerajaan berkuasa.
Selanjutnya diteruskan dengan kala kerajaan Islam dimana agama Islam mulai masuk dan berkembang di Jawa. Kerajaan Demak menjadi salah satu kerajaan yang gencar berbagi agama Islam sehingga akibatnya secara umum dikuasai Suku Jawa memeluk agama Islam. Selain itu, beberapa kalangan minoritas kecil menganut agama Nasrani, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan pemikiran Kejawen.
Adat istiadat dan tradisi Suku Jawa sungguh dipengaruhi oleh budaya Kejawen dan Hindu-Buddha akibat interaksi selama lebih dari seribu tahun. Hal ini tercermin dari kebiasaan, tradisi, hingga kesenian Jawa. Selain menjadi polulasi etnis paling besar di Indonesia, Suku Jawa bahkan menjadi golongan etnis terbesar keempat di antara umat Islam sedunia. Posisinya berada di bawah suku Arab, suku Bengali, dan suku Punjab.
Asal Usul Suku Jawa
Suku Jawa yakni penduduk dengan peradaban yang sangat maju. Hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan arsitektur dan juga kekuasaan beberapa kerajaan yang pernah bangkit di tanah Jawa, mirip Kerajaan Mataram dan Majapahit.
Teori tentang asal permintaan Suku Jawa pun bermacam-macam, beberapa di antaranya yakni:
1. Babad Tanah Jawa
Menurut Babad Tanah Jawa, orang Jawa berasal dari Kerajaan Kling atau Astina. Saat sedang berada dalam suasana pelik balasan kudeta, salah satu Pangeran Kling yang tersisih pun balasannya meninggalkan kerajaan bareng pengikut setianya. Ia akhirnya mendapatkan sebuah pulau terpencil yang belum berpenghuni.
Pangeran Kling dan pengikutnya saling menolong membangun pemukiman dan mendirikan kerajaan yang diberi nama Javacekwara. Menurut Babad Tanah Jawa, keturunan Pangeran Kling dan pengikutnya inilah yang lalu menjadi nenek moyang Suku Jawa.
2. Catatan Kuno India
Saat tinggi tampang air bahari masih jauh lebih rendah daripada kini, kepulauan di nusantara masih menyatu dengan daratan Asia lainnya sampai Australia. Kemudian terjadi petaka yang mengakibatkan air maritim berkembangdan beberapa daratan pun karam, sehingga terbentuk pulau mirip yang kita kenal dikala ini.
Tulisan Kuno India tersebut menyebutkan adanya seorang pengembara bernama Aji Saka. Ia menjelajah ke berbagai penjuru hingga hasilnya dia menemukan Pulau Jawa. Ia yaitu orang pertama yang menginjakkan kami di pulau Jawa, berdasarkan goresan pena India Kuno. Kemudian Aji Saka dan para pengikutnya menjadi nenek moyang Suku Jawa.
Legedan Aji Saka tersebut berkaitan dengan mitos terbentuknya fenomena alam letusan lumpur, yakni Bledug Kuwu.
3. Surat Kuno Keraton Malang
Ada pula catatan yang berasal dari surat kuno Keraton Malang. Menurut surat ini, asal ajakan penduduk Jawa ialah dari Kerajaan Turki. Pada tahun 450 SM, Raja Turki mengirim rakyatnya untuk mengembara dan membangun tempat kekuasaan di daerah yang belum berpenghuni. Migrasi dari Kerajaan Turki tersebut dilaksanakan secara bergelombang dalam kurun waktu tertentu.
Salah satu gelombang yang diantardari Kerajaan Turki alhasil menemukan pulau yang subur dan ditumbuhi banyak materi pangan. Karena ialah tempat subur dan menawarkan keuntungan, akibatnya mereka menbangun pemukiman. Selanjutnya kian banyak gelombang migrasi yang tiba ke tanah tersebut. Akhirnya pulau itu dinamakan Tanah Jawi alasannya terdapat banyak tanaman jawi yang berkembang di sana.
4. Teori Arkeolog
Semetara menurut para arkeolog, leluhur masyarakat Jawa berasal dari orang Indonesia itu sendiri. Hal ini diyakini dengan ditemukannya fosil insan purba di beberapa tempat di Jawa, adalah Pithecanthropus Erectus dan Homo Erectus. Sehingga berdasarkan para arkeolog, penduduk Jawa berasal dari penduduk pribumi.
Penemuan fosil Homo Erectus di Trinil pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois memperkuat teori ini. Perbandingan DNA pun dijalankan antara fosil Homo Erectus dengan Suku Jawa modern, hasilnya tidak terdapat perbedaan yang jauh antara satu sama lain. Ini semakin meyakinkan para arkeolog bahwa asal ajakan Suku Jawa berasal dari pribumi.
5. Teori Sejarawan
Para sejarawan memiliki pertimbangan yang berlainan dari arkeolog. Menurut Von Hein Geldern, telah terjadi migrasi masyarakatdari Tiongkok bab selatan, tepatnya daerah Yunnan menuju ke beberapa kawasan di nusantara.
Orang dari Yunnan tersebut tersebar ke aneka macam wilayah, mirip Sumatera, Sulawesi, dan pulau-pulau lainnya. Migrasi tersebut dilaksanakan secara besar-besaran dan terjadi sejak zaman neolitikum di tahun 2.000 SM hingga zaman perunggu apda tahun 500 SM.
Teori ini diperkuat oleh teori Dr. H. Kern yang menyebutkan bahwa bahasa tempat di Indonesia memiliki kemiripan satu sama lain. Hal ini diperkirakan karena bahasa-bahasa tersebut berasal dari rumpun bahasa yang serupa, ialah Austronesia.
Bahasa dan Aksara Jawa
Dalam percakapan sehari-hari, Suku Jawa memakai bahasa Jawa. Bahasa kawasan ini masih lestari sampai kini dan di beberapa tempat menjadi salah satu bidang studi di sekolah. Dalam penggunaannya, bahasa Jawa memiliki beberapa tingkat. Penggunaan tingkatan ini tergantung siapa musuh bicaranya.
Berikut ini yaitu tingkatan dalam bahasa Jawa, antara lain:
- Bahasa Jawa Ngoko, yakni bahasa Jawa sehari-hari yang tingkatannya berada di paling bawah. Bahasa ini digunakan saat berbicara dengan yang usianya lebih mudah. Di kurun kemudian juga dipakai kelompok aristokrat atau kelompok atas dalam status sosial penduduk Jawa bila bicara terhadap orang yang status sosialnya berada di bawah mereka.
- Bahasa Krama Madya yaitu bahasa Jawa yang dituturkan saat mengatakan dengan orang yang dianggap sederajat dengan mereka.
- Bahasa Krama Inggil, dipakai saat bicara dengan orang yang lebih tua atau orang yang dihormati, serta orang yang kedudukan sosialnya berada di atas mereka.
Aksara Jawa berisikan 20 karakter adalah ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga. Jika diartikan yakni “ada dua utusan yang setia saling bertarung sama-sama saktinya dan sama-sama matinya”.
Aksara Jawa sudah jarang dipakai dalam penulisan terbaru. Meskipun demikian, masih diajarkan di beberapa sekolah di Pulau Jawa selaku bentuk pelestarian tradisi dan kebudayaan Jawa.
Wayang Kulit
Wayang kulit adalah salah kebudayaan Jawa yang dipercaya dikembangkan oleh Wali Songo. Wali Songo ialah tokoh-tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa.
Wayang kulit biasanya menceritakan dongeng-cerita bermakna kehidupan yang mampu kita pelajari, contohnya cerita Mahabarata dan Ramayana yang diubahsuaikan dengan kultur Jawa. Pementasan wayang kulit dimainkan oleh dalang dengan perlengkapan, seperti wayang, batang pisang atau gedebok untuk menancapkan wayang, kain putih dan sorot lampu.
Pementasan ini dilakuakn semalam suntuk. Iringan musik yang dipakai yaitu gamelan khas Jawa serta iringan penyanyi yang disebut Sinden.
Seni Musik
Dalam budaya Suku Jawa, terdapat kesenian musik tradisional yang dinamakan gamelan. Menurut sejarah, gamelan dipakai Wali Songo untuk mengenalkan agama Islam. Gamelan terdiri dari beberapa alat musik, seperti gong, kendang, bonang, kenong, kempul, gambang, slenthem dan lain-lain.
Seni Tari
Membahasan mengenai kesenian tari Jawa, tentu sungguh banyak dan beragam. Karakteristik seni tari dari Suku Jawa yakni gerakan lemah gemulai, namun beberapa diantaranya terdapat gerakan yang tangkas.
Tarian Jawa umumnya berkaitan dengan komponen klenik kejawen. Contoh seni tari Jawa antara lain sintren, bedhaya, reog, kuda lumpung dan sebagainya. Dalam pementasannya, tari-tarian ini diiringi oleh musik gamelan dan seruling.
Senjata Tradisional
Senjata khas Jawa ialah keris. Keris dianggap selaku pusaka yang sanga penting dalam kebudayaan Jawa. Keris juga diandalkan mempunyai kekuatan mistis.
Misalnya keris yang dibentuk oleh Mpu yang ditempa serta diberi mantra-mantra terntentu. Salah keres legenda Jawa yaitu keris Mpu Gandring yang terdapat dalam dongeng Ken Arok.
Budaya Kejawen
Kejawen ialah fatwa doktrin yang berkembang secara bebuyutan di masyarakat Jawa. Ajaran ini ialah adonan etika istiadat, budaya, persepsi sosial dan filosofis orang Jawa. Ajaran ini pun dianggap selaku agama atau pemikiran spiritual yang mendekatkan penduduk Jawa kepada Sang Pencipta.
Falsafah / Pedoman Hidup
Orang Jawa memiliki pandangan hidup atau falsafah, seperti “urip iku urip”, artinya yaitu bahwa hidup mesti berfaedah, “mangan ora mangan sing penting kumpul”, artinya adalah kebersamaan lebih penting dari hal-hal yang lain, serta “narimo ing pandung”, adalah mendapatkan derma dari tuhan atau dengan kata lain kita mesti senantiasa bersyukur atas seluruh tunjangan Tuhan.
Kalender Jawa
Kelompok etnis Jawa mengenal kalender atau penanggalan berbentukperpaduan antara budaya Islam, Hindu-Budha Jawa, serta Eropa. Dalam metode kalender Jawa, siklus hari ada dua, ialah siklus mingguan yang terdiri dari 7 hari pada umumnya, serta pekan pancawara yang terdirid ari 5 hari pasaran, yaitu paing-pon-wage-kliwon-legi.
20200912
Belum ada Komentar untuk "Suku Jawa – Akidah, Asal, Bahasa, Karakter, Seni & Kebudayaan"
Posting Komentar